Menghisap jempol adalah perilaku normal pada bayi dan anak kecil. Survey menunjukkan bahwa kebiasaan ini dilakukan oleh 70-90% bayi. Meski kebiasaan tersebut tidak selalu terjadi pada semua bayi, insting alami untuk menghisap membuat bayai cenderung menghisap jempolnya pada beberapa bulan pertama kehidupannya, atau bahkan sejak dalam kandungan di usia kehamilan 29 minggu.
Secara umum, kebiasaan menghisap jempol
dipandang oleh banyak ahli sebagai dorongan biologis bayi yang
berkembang menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan ini umumnya akan berhenti
ketika anak menginjak usia 4 tahun, tetapi dapat pula bertahan lebih
lama pada beberapa anak lainnya. Bayi belajar merasa tindakan menghisap
dengan perasaan yang menyenangkan seperti rasa kenyang atau nyaman
ketika ia mendapat ASI dari puting susu ibunya sambil dipeluk. Karena
itulah menghisap jempol atau dot memberikan efek menenangkan yang
membantunya untuk tidur, atau membuatnya nyaman dan menenangkannya
ketika rewel, marah, takut, lapar, tidak bisa diam atau ketika merasa
bosan.
Apakah kebiasaan menghisap jempol membahayakan?
Berdasarkan hasil studi dari The Journal of the American Dental Association, kebiasaan menghisap jempol dapat mengakibatkan beberapa masalah gigi apabila berlanjut sampai si kecil berusia lebih dari 2 tahun. Masalah yang paling sering terjadi adalah ketidaksesuaian posisi gigi rahang atas dan bawah yang menimbulkan perubahan pola gigitan. Kebiasaan menghisap jempol juga telah dikaitkan dengan gangguan bicara pada anak. Jempol yang kotor dapat menjadi jalan masuknya zat-zat berbahaya yang kemudian tertelan tanpa disadari. Selain itu, ternyata kebiasaan menghisap jempol dapat menimbulkan dampak psikologis yang buruk, terutama bila anak mulai bersekolah dan bergaul dengan teman seusianya.
Berdasarkan hasil studi dari The Journal of the American Dental Association, kebiasaan menghisap jempol dapat mengakibatkan beberapa masalah gigi apabila berlanjut sampai si kecil berusia lebih dari 2 tahun. Masalah yang paling sering terjadi adalah ketidaksesuaian posisi gigi rahang atas dan bawah yang menimbulkan perubahan pola gigitan. Kebiasaan menghisap jempol juga telah dikaitkan dengan gangguan bicara pada anak. Jempol yang kotor dapat menjadi jalan masuknya zat-zat berbahaya yang kemudian tertelan tanpa disadari. Selain itu, ternyata kebiasaan menghisap jempol dapat menimbulkan dampak psikologis yang buruk, terutama bila anak mulai bersekolah dan bergaul dengan teman seusianya.
Adakah cara mengatasinya?
Bila anak masih berusia 0-12 bulan, menghisap jempol adalah cara si kecil dalam memenuhi dorongan kebutuhan psikologisnya. Maka dari itu, Anda tidak perlu terlalu khawatir. Namun apabila kebiasaan ini berlanjut hingga usia 4 tahun, anak merasa minder di depan teman-temannya, terdapat gejala gangguan mengunyah atau bicara pada si kecil, maka Anda perlu segera mengambil tindakan.
Bila anak masih berusia 0-12 bulan, menghisap jempol adalah cara si kecil dalam memenuhi dorongan kebutuhan psikologisnya. Maka dari itu, Anda tidak perlu terlalu khawatir. Namun apabila kebiasaan ini berlanjut hingga usia 4 tahun, anak merasa minder di depan teman-temannya, terdapat gejala gangguan mengunyah atau bicara pada si kecil, maka Anda perlu segera mengambil tindakan.
Meski demikian, menghentikan kebiasaan
menghisap jempol pada bayi sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Ketika
Anda menemukan kebiasaan ini menjadi kebiasaan anak, jangan memarahinya.
Berpura-puralah tidak melihat apa yang dilakukan anak, kemudian lakukan
pengalihan. Tindakan memarahi atau mengeluarkan jari-jari secara paksa
dari mulutnya, hanya akan membuatnya merasa kuat dan membuat anak
semakin ingin melakukan hal tersebut. Ketika anak dilarang melakukan
sesuatu, kecenderungan mereka untuk melakukannya akan semakin meningkat.
Seiring bertambahnya usia, anak sudah
memiliki pemikiran dan pendiriannya sendiri akan apa yang dipilihnya.
Ketika Anda mendapati anak menghisap jempolnya, cobalah alihkan
perhatiannya dengan kegiatan yang mengharuskannya menggunakan kedua
tangannya. Anda bisa berikan boneka kemudian memintanya memeluk dengan
kedua tangannya atau dengan aktifitas lain yang memungkinkan kedua
tangannya beraktifitas agar jempolnya tidak terus-terusan dihisap. Jika
upaya yang Anda lakukan tidak berhasil, jangan ragu untuk segera
berkonsultasi dengan dokter atau psikolog untuk mencari solusi terbaik
untuk masalah yang anak Anda alami.
loading...
Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.