Stres merupakan respon terhadap situasi atau faktor yang menciptakan perubahan fisik atau psikologis yang negatif. Siapapun bisa mengalami stres. Mungkin banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak-anak tidak akan mengalami stres karena mereka belum memikirkan masalah kehidupan. Faktanya, anak juga tidak luput dari serangan stres. Bahkan, hal-hal sepele yang tidak terpikirkan sebelumnya berpotensi memicu stres pada anak-anak.
Seiring bertambahnya usia dan perkembangan zaman, beban dan tugas sekolah yang dihadapi anak akan semakin berat sehingga berpotensi menjadi sumber stres. Harapan orangtua terhadap performa akademik anak yang tinggi dengan mengikutsertakan anak dalam banyak les bisa menyebabkan anak merasa tertekan. Padahal, jam belajar yang terlalu padat justru menyebabkan kejenuhan dan hanya akan menurunkan performa belajar anak.
Penyebab stres anak yang lebih kompleks ialah masalah keluarga atau masalah teman sebaya. Masalah dalam keluarga, perceraian seperti orangtua bisa membuat anak mengalami stres. Saat orangtua tampak kesulitan menyelesaikan suatu masalah, anak juga mungkin merasa sama tertekan. Di sekolah, ejekan atau ditolak teman sebaya bisa membuat kepercayaan diri anak menurun dan pada akhirnya menjadi beban pikiran yang berujung stres.
Tanda stres tidak selalu sama pada setiap anak. Pasalnya, setiap anak itu unik. Secara umum, perubahan perilaku merupakan acuan utama dalam mengenali tanda stres pada anak. Jadi, orangtua harus sigap mengenali perilaku dan tindakan yang tidak biasa pada anak mereka, seperti:
- Perubahan kebiasaan tidur
Ketika merasa tertekan, kegelisahan dan kecemasan yang anak rasakan akan mengganggu kualitas tidurnya. Kualitas tidur yang buruk membuat anak kurang energi dan mudah tersinggung. Jika anak mengalami peristiwa yang sangat traumatis, mereka juga mungkin sering mengalami mimpi buruk dan tidak berani tidur sendirian.
- Perubahan kebiasaan makan
Ketika stres, nafsu makan anak bisa menurun atau meningkat. Perilaku saat makan yang tidak biasa juga menunjukkan stres pada anak.
- Perubahan emosi
Ketika anak stres, mereka menjadi mudah tersinggung dan menangis. Ini membuat anak sangat sensitif terhadap masalah ringan, serta cenderung bereaksi dengan agresi fisik (memukul, menendang, dan sebagainya) atau agresi verbal (berteriak atau memanggil nama orangtua). Mereka juga seringkali kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang memerlukan kesabaran.
- Menarik diri
Pindah ke lingkungan baru atau menjadi korban bullying di sekolah bisa membuat anak tidak bisa mengontrol ketakutannya sehingga mereka lebih memilih untuk menarik diri dan menjadi tidak bergairah untuk melakukan hobi yang disenangi.
- Memperlihatkan kebiasaan baru
Anak yang sedang merasa stres terkadang mencoba menenangkan diri mereka dengan menunjukkan perilaku berulang seperti menggigit kuku, memuntir rambut atau menggaruk kulit.
- Mengeluhkan sakit
Stres juga bisa tampak sebagai gejala fisik. Anak yang stres mungkin sering mengeluhkan sakit kepala, mual, muntah dan nyeri perut tanpa disertai penyakit yang jelas.
Cara yang dapat dilakukan orangtua dalam membantu anak menangani stres yaitu sebagai berikut :
- Pastikan anak mendapatkan waktu istirahat yang cukup dengan mengatur jadwal tidur yang teratur.
- Jaga asupan makanan anak dan berikan ia makanan bergizi agar tumbuh kembangnya optimal.
- Selalu luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak agar perubahan perilaku apa pun pada anak dapat cepat dikenali sehingga tidak menjadi stres berkepanjangan.
- Dorong anak untuk melakukan hal menyenangkan selain belajar, seperti berolahraga atau bermain dengan teman sebaya untuk melepas kejenuhan.
Jika tidak tertangani, jangan ragu untuk mencari nasihat dokter atau psikolog anak.
loading...
Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.